KIN.ID – Dalam khazanah Islam Nusantara, nama KH. R. Kholil As’ad menempati posisi penting sebagai ulama karismatik yang mampu menjembatani antara tradisi pesantren dan tuntutan zaman modern. Sosok beliau tidak hanya dikenal karena keluasan ilmunya, tetapi juga karena metode dakwah dan pengajaran yang unik dan menghidupkan nilai Islam tidak sekadar lewat kata-kata, melainkan melalui keteladanan, kedekatan hati, dan pengamalan nyata.
Dari silsilah KH. R. Kholil As’ad, putra dari KH. As’ad Syamsul Arifin (ulama besar Situbondo sekaligus murid utama KH. Hasyim Asy’ari) melanjutkan jejak perjuangan ayahandanya dalam membina umat dengan pendekatan khas pesantren. Beliau dikenal sebagai sosok ahli sholawat dan pendakwah yang lembut tutur, tegas sikap, namun penuh kasih pada siapa pun yang ditemuinya. Metode dakwahnya berakar kuat pada prinsip bil hikmah wal mau’idhah al-hasanah, yakni menyampaikan kebenaran dengan kebijaksanaan dan kelembutan.
Di sisi lain, mengulas fakta dalam pengajarannya, ia tidak hanya berbicara tentang hukum atau akidah, tetapi juga tentang kehidupan sehari-hari. Beliau sering menggunakan metode kisah (qashash) dan simbol-simbol budaya lokal agar nilai-nilai Islam mudah dipahami masyarakat awam. Dengan cara ini, dakwah menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat, bukan ajaran yang terasa jauh dan kaku.
Yang paling menonjol dari metode KH. Kholil As’ad adalah keteladanan hidupnya.
Ia mengajarkan Islam bukan hanya di kelas atau mimbar, tetapi di dapur, di sawah, dan di tengah masyarakat. Para santri mengenangnya sebagai figur yang rendah hati, berakhlak mulia, dan kedisiplinan. Bahkan dalam hal-hal kecil seperti cara berpakaian, menyambut tamu, dan berinteraksi dengan anak kecil, beliau menunjukkan bahwa dakwah sejati adalah amal yang terlihat, bukan sekadar ucapan.
Gaya pengajaran di pesantren pun menarik. KH. Kholil menggabungkan pola tradisional bandongan dan sorogan dengan pendekatan personal yang kuat. Sering menguji pemahaman santri dengan dialog ringan, bukan sekadar hafalan. Beliau menanamkan pesan moral: bahwa ilmu tidak akan membawa manfaat tanpa adab dan keikhlasan. Karena itu, pembentukan karakter santri menjadi fokus utama, bukan hanya penguasaan ilmu syar’i.
Baca juga: Karomah KH Abbas: Cahaya dari Buntet yang Menggerakkan Hati Masyarakat Jawa
Di tengah perkembangan zaman, keteladanan KH. R. Kholil As’ad menjadi inspirasi bagi banyak dai dan pendidik Islam. Ia menunjukkan bahwa kekuatan dakwah bukan pada kerasnya suara, tetapi pada kejernihan hati dan konsistensi amal. Dakwah yang hidup adalah dakwah yang membumi serta memahami konteks masyarakat tanpa kehilangan ruh keislaman.
Melalui ketulusan dan kebijaksanaannya, KH. Kholil As’ad telah menanamkan model dakwah dan pendidikan yang khas: Islam yang lembut, berakar pada tradisi, dan berpijak pada kemanusiaan. Dari pesantrennya di Situbondo hingga ke berbagai pelosok Nusantara, semangat dakwahnya terus hidup sebagai cermin Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Wallahu A’lamu bi al-Shawab.









