Jejak Sejarah, Perjuangan Ulama, dan Lembaga Pendidikan Islam Terbesar dan berpengaruh di Sulawesi Selatan

KIN.ID – Di sebuah masjid kecil yang sepi jamaah pada tahun 1938, Di Sulawesi Selatan terdapat pesantren tumbuh menjadi pusat pendidikan, dakwah, dan sosial yang melahirkan ribuan alumni.

Di tanah Mangkoso, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, berdiri sebuah pesantren yang kini dikenal luas sebagai salah satu pusat pendidikan Islam terkemuka: Pondok Pesantren Darud Da’wah Wal Irsyad (DDI) Mangkoso. Namun, perjalanan panjang pesantren ini bermula dari sebuah kondisi yang sangat sederhana.

Pada tahun 1938, Syekh Mahdad—seorang ulama keturunan Arab—mendirikan sebuah masjid di wilayah tersebut. Masjid itu berdiri megah untuk ukuran masa itu, tetapi ironisnya, jamaah yang datang sangatlah sedikit. Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat setempat masih membutuhkan pembinaan keagamaan yang lebih intensif.

Melihat keadaan tersebut, Syekh Mahdad kemudian mengundang seorang ulama muda yang dikenal berilmu, tegas, dan berwibawa: K.H. Abdurrahman Ambo Dalle dari Sengkang. Undangan itu bukan sekadar permintaan pribadi, tetapi sebuah ikhtiar besar untuk membangkitkan kesadaran beragama masyarakat Mangkoso. Menerima amanah tersebut, K.H. Ambo Dalle tiba di Mangkoso pada tahun 1938 dan segera merintis lembaga pendidikan sederhana yang diberi nama Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) Mangkoso.

Pada masa awalnya, sistem pendidikan di MAI masih sangat tradisional. Pengajaran dilakukan dalam bentuk halaqah, biasanya setelah Subuh dan menjelang atau setelah Magrib. Kitab kuning menjadi materi utama, dan santri tinggal di rumah-rumah penduduk atau bermalam di masjid. Meski sederhana, semangat belajar masyarakat tumbuh pesat, menandakan bahwa kehadiran ulama memberi energi baru dalam kehidupan keagamaan mereka.

Perkembangan signifikan terjadi pada tahun 1947. Atas gagasan dan kerja sama K.H. Daud Ismail, K.H. Abdurrahman Ambo Dalle, serta sejumlah ulama lainnya, berdirilah sebuah organisasi bernama Darud Da’wah Wal Irsyad (DDI).

Berikut sekilas nama yang mempunyai makna mendalam:

  • Dar berarti rumah atau tempat,
  • Da’wah bermakna penyebaran ajaran Islam,
  • Irsyad berarti bimbingan atau petunjuk.

Baca juga: Mengulas Gaya Pengajaran KH. R. Kholil As’ad Situbondo, Da’i Kharismatik yang Menyentuh Hati Umat sebagai Warisan Tradisi Islam Nusantara

Dengan nama tersebut, DDI menegaskan misinya sebagai rumah bagi penyebaran dan pembinaan ajaran Islam yang mengakar pada nilai-nilai kemurnian akidah.

Sejak awal pendiriannya, pesantren ini mengemban misi ganda: mendidik generasi Muslim yang berilmu dan membimbing masyarakat ke arah pemahaman agama yang benar. Misi itulah yang menjadi identitas DDI Mangkoso hingga saat ini. Namun, perjalanan membangun pesantren bukan tanpa tantangan. Tekanan politik kolonial, resistensi sebagian tokoh adat, minimnya fasilitas, keterbatasan tenaga pengajar, serta kondisi ekonomi masyarakat yang sederhana menjadi ujian berat dalam proses perkembangan.

K.H. Abdurrahman Ambo Dalle menghadapi semua tantangan itu dengan keteguhan, ilmu, dan kharisma seorang ulama sejati. Dedikasinya membuat masyarakat perlahan-lahan semakin percaya. Dukungan pun mengalir, dan pesantren ini berkembang menjadi lembaga besar yang bukan hanya mengajar, tetapi juga membina masyarakat melalui dakwah dan kegiatan sosial.

Kini, Pondok Pesantren DDI Mangkoso terus berdiri kokoh sebagai pusat pendidikan Islam yang melahirkan banyak tokoh, dai, dan intelektual Muslim dari berbagai daerah. Perannya dalam mencerdaskan umat di Sulawesi Selatan menjadi bukti bahwa sebuah perjuangan yang dimulai dari masjid kecil yang sepi jamaah dapat berubah menjadi gerakan besar yang menerangi generasi demi generasi. Wallahu A’lamu bi Al-Shawab.

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *