Berpulangnya Gus Muftinnasyi’in: Pengasuh Pesantren Tarbiyah Linnasyi’in dan Pewaris Keilmuan Bani Syarifuddin

Gus Muftinnasiin Wafat

Lumajang, nunmedia ID (20/11) – Kabar duka menyelimuti keluarga besar Bani Syarifuddin, santri, dan alumni pesantren di Lumajang. Pada Rabu malam (19/11), tepat pukul 22.30 WIB, tersiar kabar wafatnya Gus Muftinnasiyi’in—akrab disapa Gus Siin—Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyah Linnasyi’in, Wonorejo, Lumajang. Informasi duka pertama kali disampaikan oleh keluarga, dan sejumlah alumni yang berada di lingkungan keluarga besar pondok Kyai Syarifuddin.

Suasana haru langsung menyelimuti keluarga inti, para santri, dan masyarakat sekitar. Setelah dilakukan musyawarah keluarga besar, serta menunggu kedatangan kerabat pesantren Bani Syarifuddin yang tersebar di wilayah Lumajang, Jember, hingga Probolinggo, diputuskan bahwa prosesi pemakaman dilaksanakan pada Kamis (20/11) pagi pukul 09.00 WIB. Almarhum dimakamkan di area pemakaman keluarga almarhum Kiai Faqih Khalili, tempat peristirahatan para tokoh pendiri dan penerus keilmuan pesantren.

Menurut keterangan keluarga, Gus Si’in mengalami sakit yang cukup panjang selama kurang lebih empat tahun. Kondisi beliau sempat membaik pada hari Rabu, namun takdir berkata lain. Ketika keluarga masih merasakan harapan akan pemulihannya, Gus Si’in menghembuskan napas terakhirnya dengan tenang. Beliau wafat pada usia 48 tahun.

Gus Muftinnasyi’in lahir dari pasangan Kiai Faqih Khalili, putra dari Kiai Hadiri—menantu pendiri Pondok Pesantren Kiai Syarifuddin—dan Nyai Mujahadah, putri dari Ulama Lumajang, almarhum Kiai Rasyidi, yang juga merupakan menantu Kiai Syarifuddin. Dengan demikian, Gus Si’in merupakan salah satu pewaris garis keilmuan dan pengabdian tiga generasi pesantren besar di Lumajang, Jawa Timur.

Selama hidupnya, Gus Si’in dikenal sebagai sosok rendah hati, mudah bergaul, dan pengayom bagi masyarakat sekitar. Lima tahun terakhir, beliau mendedikasikan hidupnya untuk mendirikan dan mengasuh Pondok Pesantren Tarbiyah Linnasyi’in, yang dibangun dan dikelolanya bersama sang istri, Ibu Nyai Ika yang berasal dari Pulau Bawean, Gresik. Pesantren yang beliau rintis menjadi tempat belajar Al-Qur’an, kitab kuning, dan pendidikan karakter bagi puluhan santri dari berbagai daerah.

Kepergian Gus Si’in meninggalkan duka mendalam sekaligus pertanyaan tentang kelanjutan kepemimpinan pesantren yang baru dirintis tersebut. KH. Baidarus, kakak sepupu almarhum dari jalur ibu, menyampaikan bahwa keluarga besar masih fokus pada rangkaian doa dan tahlil. “Untuk penerus kepengasuhan pesantren, belum diputuskan. Masih akan dimusyawarahkan bersama keluarga besar,” ujarnya.

Hingga berita ini diturunkan, kediaman almarhum terus didatangi para pelayat, santri, alumni, masyarakat, dan para masyayikh dari berbagai wilayah yang ingin memberikan penghormatan terakhir. Suasana haru, lantunan doa, dan bacaan tahlil tak henti mengiringi kepergian beliau.

Semoga amal jariyah, ilmu, dan pengabdian Gus Muftinnasyi’in menjadi cahaya yang tak terputus, dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran serta kekuatan oleh Allah Swt. Aamiin. (red)

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *